Music

Senin, 26 September 2022

SESUATU DI COTTAGE #4 (FINAL) - HILANG

Tak berdaya Tata hanya bisa pasrah. Dia tidak tau akan dibawa kemana. Tangisnya pecah hingga suara tangisnya pun tak bisa terdengar lagi. Air matanya terus mengalir tanpa henti. Mungkin dia akan terus menangis hingga air matanya mengering.

 

Terus dibawa pergi dan terus dibawa pergi, Tata pun tak sadarkan diri. Apakah dia akan bertahan, atau semua sudah berakhir sampai disini.

 

Perlahan kesadaran Tata mulai kembali. Dia mulai merasakan udara disekitarnya, dan dia merasakan dedauanan berada disekitar tempat dia terbaring. Dibukanya matanya secara perlahan. Dia mulai melihat pohon-pohon tinggi menjulang disekelilingnya, dan pohon-pohon itu sangat tinggi dan besar menutupi langit hingga langit nyaris tak terlihat. Ya, Tata berada ditengah hutan, dia bingung dan heran kenapa dia bisa ada disini saat ini. Apa yang akan terjadi?

 

Tata mencoba untuk bangun, namun dia tidak sanggup, dia terlalu lelah dan lemah. Dia mencoba untuk berbalik dan melihat ke arah sisi belakangnya. Dia terkejut, sosok hitam yang selama ini menjadi sumber ketakutannya berada tepat dibelakangnya. “A.........” dia berteriak sangat kencang. Dia panik, dia ingin pergi dan lari, namun dia tidak berdaya.

 

“Siapa kamu? Apa mau kamu?” sambung Tata dengan berteriak.

 

Makhluk itu tidak berkata-kata sedikit pun dan tidak terlihat ekspresi apapun diwajah sosok makhluk haib itu. Perlahan makhluk itu mendekati Tata. Bunyi langkah makhluk itu yang semakin dekat semakin mebuta Tata ketakutan,. Mencoba membela dirinya, tapi Tata hanya bisa melempari makhluk itu dengan dedaunan yang ada di sekitarnya. Sungguh, ketidak berdayaannya membuat hatinya semakin kecil.

 

Makhluk itu mulai membuat lingkaran disekitar Tata dan menggambarkan simbol-simbol aneh-aneh yang belum pernah dilihat oleh Tata. Semakin lama jelas terlihat, bahwa makhluk itu sedang membuat altar. Dan, Tata menjadi pusat dari altar itu.


 

Tak lama setelah altar selesai, tiba-tiba keadaan sekitar menjadi gelap, angin bertiup sangat kencang membuat pohon-pohon bergoyang dan daun-daunnya berguguran, bunyi gemuruh pun mulai terdengar. Altar itu bersinar dan memancarkan cahaya berwarna merah dan perkataan-perkataan Tata di masa lalu tentang keputus asaanya mulai terdengar...

“Gue capek.....”

“Kenapa semua orang selelalu nuntut gue?”

“Gue nggak sanggup...”

“Mati ajalah gue...”

“Gue kapok gue nggak mau lagi jatuh cinta...”

“Gue nggak butuh lagi teman kaya kalian....”

“Kalian jahat...”

“Nggak pernah ada kebaikan yang berpihak sama gue...”

“Apa aja yang gue lakuin selalu aja salah dimata kalian...”

 

Mendengar itu semua Tata merinding dan ketakutan. Sementara dia ketakutan tubuhnya semakin kesakitan. Tanpa disadari tubuhnya perlahan menghilang. Dia panik, tangisnya semakin kencang dan teriakannya tak terbendung.

 

Makhluk gaib itu mulai masuk kedalam altar itu. Disentuhnya kepala Tata, perlahan tubuh Tata terserap ke dalam tubuh makhluk itu hingga akhirnya, Tata sudah tak terlihat lagi. Ya Tata sudah menghilang.

 

Makhluk itu berteriak sangan kencang, dan tubungnya bersinar. Secara perlahan wujud makhluk itu berubah menjadi manusia. Ya, makhluk itu mengambil sosok Tata.

 

Siapakah makhluk itu? Mengapa dia mangambil wujud Tata? Lalu apa yang terjadi pada jiwa Tata. Tidak ada yang tau. Namun keputusaan Tata yang membawanya kepada semua ini. Keluhannya, ketakutannya memberi kekuatan kepada makhluk itu.

 

Tata sudah tidak ada. Bagaimana dengan mu? Mau berjuang atau berputus asa? Menerima atau memberontak?

 

 

---------------------------------------------------------TAMAT-----------------------------------------------------------------


 

Kamis, 15 September 2022

SESUATU DI COTTAGE #3 GELAP

 


“Na... na.... na....  hmmm.... na.... na.... na.... hmmm....” entah suara apa itu. Bunyinya terdengar seperti senandung yang sangat jauh dan menakutkan.

 

“Hmmm...... hmmm.....” senandung kembali terdengar. Suara itu terus berulang berkali-kali sangat tipis, dingin, jauh, namun mencekam dengan sangat nyata.

 

Tata dalam pingsannya secara perlahan mulai mendengar suara itu. Dia mencoba membuka matanya, dan saat dibukanya matanya, semuanya gelap dia tidak bisa melihat apapun.

 

“Na..... na.... na.....” suara itu terdengar terus oleh Tata tanpa henti. Semakin lama suara itu semakin dekat ditelinganya dan terdengar seperti orang yang berbisik.

 

“Tata....” suara itu menyebutkan nama Tata dan terdengar persis disamping telinganya.

 

“A......” Tata sontak berteriak ketakutan.

 

Tata ingin lari, tapi dia tidak bisa karena situasinya begitu gelap. Dia tidak bisa melihat apapun. Dia menangis, menangis dan terus menangis. Dia berkali-kali menghentikan tangisannya tapi dia tidak mampu.

 

Tata mencoba berpindah sambil mengesot, dia ketakutan. Saat dia menyentuh sesuatu sesekali dia berteriak karena dia tau apa yang disentuhnya. Kadang dia merasakan sesuatu yang sangat keras, sesuatu yang licin, kenyal, kesat, dan berbagai rasa permukaan benda yang membuatnya bertanya-tanya dalam ketakutannya. Dia mencoba mencari jalan dengan berbagai caranya, berharap menemukan setitik cahaya yang akan menuntunnya keluar dari kegelapan. Namun sama sekali tak didapatinya setitik cahaya pun. Tidak sama sekali.

 

“Sampai kapan aku harus mengalami hal-hal ini? Aku udah capek.” Keluh Tata dengan tangis yang tak kunjung henti.

 

Tata merasa sudah lelah, dis sudah berusaha menemukan jalan keluar di dalam pekatnya gelap namun tak satupun jalan  dia temukan. Putus asa, ya rasa putus asa mulai dia rasakan. Sejenak dia berhenti, dia terus menangis. Kali ini tangisnya tak terbendung lagi. Tangisannya makin pecah dan semakin kencang. “Tolong... tolong...” teriaknya dalam tangisannya.

 

“Tata.... Tata...” suara itu kembali terdengar. Mendengar suara itu tangisan Tata semakin kencang. Sesekali dia meronta dengan memukul-mukul dirinya sendiri.

 

“Tata...”

 

“A...............” Tata berteriak. “Siapa? Mau apa? A.............”

 

Suara itu sama sekali tidak menjawab. Namun tiba-tiba Tata merasakan sentuhan di pundak kirinya, sentuhan itu seperti belaian. Belaian yang seakan-akan siap merenggut hidupnya.

 

Sambil menahan nafas Tata coba meraih sosok yang menyentuhnya, namun dia tidak bisa meraihnya. Sentuhan itu seketika menghilang. Tak lama, sentuhan lain ia rasakan dibetisnya, Tata meraihnya kembali. Namun sentuhan itu hilang dan tak bisa dia raih. Lagi-lagi, dia tidak tau asal sentuhan itu. Semuanya menjadi teka-teki dalam tangis dan takutnya.

 

“Tata.... Tata....” suara itu lagi.

 

“Woiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii..... woiiiiii...................” teriak Tata dengan tangisan yang tak terbendung.

 

“Tok.. tok... tok...” terdengar suara ketukan pintu.  Ya, suara ketukan pintu yang mengawali semua hal-hal diluar nalar yang terjadi pada Tata.  Mendengar suara itu dia spontan berteriak sekencang-kencangnya “A...............”, suaranya menjadi serak karena terus berteriak dalam gelap dan ketakutannya.

 

“Tata....” suara yang memanggil nama Tata berganti-gantian dengan suara ketukan pintu, “Tok... tok... tok...”. Terus berulang dan terus berulang, membuat Tata semakin ketakutan dan frustasi.

 

“Tata.... tok... tok... tok...”

 

“Tata.... tok... tok... tok...”

 

Dia merasa bahwa dirinya sudah gila. Ketakutan yang dia rasakan dari kejadian aneh di luar nalar ini seakan mencoba mencuri semua akal sehatnya. Dia putus asa, dia sudah tidak tau lagi apa yang akan terjadi padanya seakan masa depannya selesai saat ini.

 

Seketika, semua suara itu berhenti dan menyisakan suara Tata yang sendang menagis. Terlentas dibenanknya, apakah ini sudah berakhir? Ya, dia berharap ini sudah selesai. Namun tiba-tiba...

 

“A.................” Tata berteriak kencang dan tangisnya langsung pecah. Tiba-tiba ada yang menyeretnya entah kemana, sosok seperti apa yang membawanya, dan apa yang akan terjadi padanya. Tata ingin berjuang, tapi keadaan membawanya menyerah.

 

“Tolong.........”

 

..........................................................................CONTINUE


Senin, 05 September 2022

SESUATU DI COTTAGE #2 SARAPAN



“Kring…Kring….Kring…” mendengar bunyi telfonTata bangun dari tidurnya yang tidak nyenyak dan berjalan meraih telfon dengan pandangan yang masih buram . “Ya, hallo…”jawab Tata.

“Dengan layanan kamar Bu. Sarapannya ingin diresto atau diantar?”

“Saya mau diantar saja.”

“Untuk menunya Bu?”

“Yang direkomendasikan dari pihak cottagenya aja ya mbak.”

“Baik Bu, ditunggu.”

Tata berjalan menuju cermin dan mencoba menatap dirinya. Kali ini tidak ada senyum yang terlihat sama sekali diwajahnya. Wajahnya begitu pucat tanpa ekspresi. Pagi ini dia terlihat seperti tidak ada gairah untuk menjalani hidup.

Kejadian semalam masih sangat melekat di benaknya. Dia bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang salah, dan apa yang telah diperbuat olehnya hingga kejadian tidak mengenakkan tersebut menimpanya.

Dia berjalan menuju kamar mandi, dan dia memandangi bathup tempat dia berendam. Pandangan dan pikirannya kosong. Kejadian semalam sungguh sudah sangat membuatnya shock dan telah merebut sukacita dari dirinya.

“Tok.. tok.. tok…” ada yang mengetuk pintu.

Seketika Tatan pun panik! Dalam pikirannya dia takut kejadian yang sama akan terulang kembali. Ya, melihat sosok hitam yang tak wajar. Sungguh sangat menyeramkan. Dia mengambil tekad untuk mencoba melawan rasa takutnya walau itu sangat berat. Dengan penuh kewaspadaan didekatinya pintu. Dia mulai meraih gagang pintu. Dan seketika....

“.............................” hening. Suara ketukan pintu tidak terdengar lagi.

Seketika perasaannya menjadi lega dan dia segera mengambil nafas dalam-dalam untuk mengalirkan kembali oksigen kedalam dirinya yang sempat terhenti sesaat dikarenakan ketakutannya. Untuk sesaat dia merasa aman dari makhluk yang dia lihat semalam, spontan dia pun duduk di lantai lalu terbaring dengan lega.

Tapi....

“Tok... tok... tok...” suara ketukan pintu itu kembali muncul.

Tata kembali panik. Spontan dia langsung terbangun dan berdiri. Dia hanya menatap pintu dengan penuh ketakutan dan menelan ludahnya.

“Tok... tok... tok...!!! Tok... tok... tok...!!!” suaranya semakin kuat. Namun, Tata masih belum juga membuka pintu.

“Tok... tok... tok...!!! Tok... tok... tok...!!!”

Keringat mulai mengucur disekujur tubuhnya. Dia menelan ludah. Dia panik. Tapi dia tidak mau terdiam segera dia harus melawan rasa takutnya dan dibukanya pintu.

“Selamat pagi Bu Tata, ini sarapannya.” ternyata yang datang pelayan cottage untuk mengantar sarapan.

Seketika Tata menjadi lega, nafasnya yang terhenti kembali lancar. Namun tak bisa dipungkiri tubunya basah karena keringat.

 “Terimakasih ya mbak.” Katanya.

“Sama-sama Bu Tata. Nanti setelah selesai tempat makanannya bisa di taruh di depan kamar saja ya Bu. Petugas kami akan membersihkannya.”

“Oh ok.”

“Bu, sedang sakit? Bu Tata terlihat pucat.” lanjut pelayan cottage.

“Nggak apa-apa. I’m fine.”

Tata menikmati makanan di atas tempat tidurnya. Makanan yang dia nikmati terlihat begitu lezat, dan kelezatannya menambah sedikit kebahagiaannya hari itu.

“Eeeerrkkk....” Tata bersendawa. “Enak banget ni makanan, setidaknya ini bisa menghibur gue lah.” lanjutnya.

Tata selesai makan, dan meletakkan bekas peralatan makannya diluar ruangannya. Sambil bersenandung kecil dia kembali masuk ke ruangan, menutup pintu dan rebahan.

“Hah...lega banget...” katanya sambil menghela nafas.

“Tok.. tok.. tok...” tiba-tiba pintu kembali berbunyi.

“Aduh apa lagi ya? Lama-lama gue jadi parno kalau ada orang yang ngetuk pintu.” kata Tata.

Tata kembali membuka pintu dan sesuatu yang membuatnya heran terjadi, “Selamat pagi Bu Tata, ini sarapannya.” kata pelayanan cottage yang sama dengan yang membawakan sarapan pertama kali.

“Lo bukannya tadi udah ya Mbak?”

“Belum, saya belum antar apa-apa.”

Tata bingung, dengan sedikit linglung Tata mengambil makanannya, “Yauda mbak sini saya ambil”.

Tata meletakkan makanan itu di meja yang ada disamping tempat tidurnya. Dia memandang terus kearah makanan itu. Tapi tidak dilihatnya hal yang aneh pada makanan itu. Akhirnya diraihnya makanan itu dan dinikmatinya kembali.

“Yauda, gue makan aja. Anggap aja gue lagi beruntung dapat dua prosi.” kata Tata sambil melanjutkan makannya.

Belum selesai Tata makan, “Tok... tok... tok....” suara ketukan pintu kembali terdengar. Tapi bedanya kali ini Tata sama sekali tidak merasa panik dan curiga.

“Tu kan gue bilang apa, tadi sarapannya uda dikasi. Pasti ini mau diminta lagi. Haduh haduh... mana uda gue icip-icip lagi.” kata Tata.

“Selamat Pagi Bu Tata, ini sarapannya....” lagi-lagi pelayanan yang sama terlihat membawa sarapan saat Tata membuka pintu.

“Uda kok mbak sarapannya...” jawab Tata dengan penuh rasa heran.

Pelayan itu tidak mejawab apa-apa. Dia meraih tangan Tata dan langsung meletakkan makanannya di tangan Tata dan langsung pergi.

Tata masuk dan menutup pintu kamarnya kembali. “Yaampun... ini ada apa ya. Kayanya ini cottage nggak bener deh.” Dia mulai merasa merinding.

“Tok... tok... tok....”

“Aduh ya ampun... ini apa lagi. Nggak habis habis deh.” Langsung Tata membuka pintu.

“Selamat pagi Bu Tata, ini sarapannya....” lagi-lagi pelayan yang sama.

“Mbak lagi ngerjain saya ya. Ini makanan yang keempat yang diantar ke saya lo. Tuh mbak liat aja.” Kata Tata sambil menunjuk makanan yang sudah diterimanya.

“Ambil aja Bu.” sambung pelayan tersebut.

“Saya nggak bisa makan semuanya. Lihat itu masi banyak. Di tangan saya juga ada.”

“Ini sarapannya Bu...” tiba-tiba pelayan tersebut berubah menajdi sosok hitam yang dilihat Tata semalam. “Ini sarapannya Bu.... Hahahaha...” kata pelayan yang sudag berubah menjadi monster tersbut dengan suara yang menyeramkan.

“A..........!!!” spontan Tata berteriak dan menutup pintu. Dia ketakutan, dia panik, dia terkejut. Dalam kepalanya dia bertanya-tanya ini tempat apa. Dia datang kesini untuk liburan bukan untuk ditakut-takuti oleh setan.

Tiba-tiba Tata mual, dia segera menuju kamar mandi dan muntah di closet. Dia muntah begitu banyak sampai menyiksanya. Saat dia melihat muntahnya, muntahnya penuh dengan belatung yang berlendir dan muntahnya sangat bauk.

Tata menangis karena kesakitan dan ketakutan. “Hiksss....hiksss...hikssss....” dia menangis tersedu-sedu. Dadanya sesak dan sesekali dia berteriak menahan semuanya ini. Dia sepertinya sudat tidak tahan lagi dengan semua yang dialaminya, dia pun pingsan.

------------------------------------------------------------------------------------------CONTINUE

 

SESUATU DI COTTAGE #4 (FINAL) - HILANG

Tak berdaya Tata hanya bisa pasrah. Dia tidak tau akan dibawa kemana. Tangisnya pecah hingga suara tangisnya pun tak bisa terdengar lagi. Ai...