“Kring…Kring….Kring…”
mendengar bunyi telfonTata bangun dari tidurnya yang tidak nyenyak dan berjalan
meraih telfon dengan pandangan yang masih buram . “Ya, hallo…”jawab Tata.
“Dengan layanan kamar
Bu. Sarapannya ingin diresto atau diantar?”
“Saya mau diantar
saja.”
“Untuk menunya Bu?”
“Yang direkomendasikan
dari pihak cottagenya aja ya mbak.”
“Baik Bu, ditunggu.”
Tata berjalan menuju
cermin dan mencoba menatap dirinya. Kali ini tidak ada senyum yang terlihat
sama sekali diwajahnya. Wajahnya begitu pucat tanpa ekspresi. Pagi ini dia
terlihat seperti tidak ada gairah untuk menjalani hidup.
Kejadian semalam masih sangat
melekat di benaknya. Dia bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang
salah, dan apa yang telah diperbuat olehnya hingga kejadian tidak mengenakkan
tersebut menimpanya.
Dia berjalan menuju
kamar mandi, dan dia memandangi bathup tempat dia berendam. Pandangan dan
pikirannya kosong. Kejadian semalam sungguh sudah sangat membuatnya shock dan
telah merebut sukacita dari dirinya.
“Tok.. tok.. tok…” ada yang
mengetuk pintu.
Seketika Tatan pun panik!
Dalam pikirannya dia takut kejadian yang sama akan terulang kembali. Ya,
melihat sosok hitam yang tak wajar. Sungguh sangat menyeramkan. Dia mengambil
tekad untuk mencoba melawan rasa takutnya walau itu sangat berat. Dengan penuh
kewaspadaan didekatinya pintu. Dia mulai meraih gagang pintu. Dan seketika....
“.............................”
hening. Suara ketukan pintu tidak terdengar lagi.
Seketika perasaannya
menjadi lega dan dia segera mengambil nafas dalam-dalam untuk mengalirkan kembali
oksigen kedalam dirinya yang sempat terhenti sesaat dikarenakan ketakutannya.
Untuk sesaat dia merasa aman dari makhluk yang dia lihat semalam, spontan dia
pun duduk di lantai lalu terbaring dengan lega.
Tapi....
“Tok... tok... tok...” suara
ketukan pintu itu kembali muncul.
Tata kembali panik.
Spontan dia langsung terbangun dan berdiri. Dia hanya menatap pintu dengan
penuh ketakutan dan menelan ludahnya.
“Tok... tok... tok...!!!
Tok... tok... tok...!!!” suaranya semakin kuat. Namun, Tata masih belum juga
membuka pintu.
“Tok... tok...
tok...!!! Tok... tok... tok...!!!”
Keringat mulai mengucur
disekujur tubuhnya. Dia menelan ludah. Dia panik. Tapi dia tidak mau terdiam
segera dia harus melawan rasa takutnya dan dibukanya pintu.
“Selamat pagi Bu Tata,
ini sarapannya.” ternyata yang datang pelayan cottage untuk mengantar sarapan.
Seketika Tata menjadi
lega, nafasnya yang terhenti kembali lancar. Namun tak bisa dipungkiri tubunya
basah karena keringat.
“Terimakasih ya mbak.” Katanya.
“Sama-sama Bu Tata. Nanti
setelah selesai tempat makanannya bisa di taruh di depan kamar saja ya Bu.
Petugas kami akan membersihkannya.”
“Oh ok.”
“Bu, sedang sakit? Bu
Tata terlihat pucat.” lanjut pelayan cottage.
“Nggak apa-apa. I’m
fine.”
Tata menikmati makanan
di atas tempat tidurnya. Makanan yang dia nikmati terlihat begitu lezat, dan
kelezatannya menambah sedikit kebahagiaannya hari itu.
“Eeeerrkkk....” Tata
bersendawa. “Enak banget ni makanan, setidaknya ini bisa menghibur gue lah.”
lanjutnya.
Tata selesai makan, dan
meletakkan bekas peralatan makannya diluar ruangannya. Sambil bersenandung
kecil dia kembali masuk ke ruangan, menutup pintu dan rebahan.
“Hah...lega banget...”
katanya sambil menghela nafas.
“Tok.. tok.. tok...” tiba-tiba
pintu kembali berbunyi.
“Aduh apa lagi ya?
Lama-lama gue jadi parno kalau ada orang yang ngetuk pintu.” kata Tata.
Tata kembali membuka
pintu dan sesuatu yang membuatnya heran terjadi, “Selamat pagi Bu Tata, ini
sarapannya.” kata pelayanan cottage yang sama dengan yang membawakan sarapan
pertama kali.
“Lo bukannya tadi udah
ya Mbak?”
“Belum, saya belum
antar apa-apa.”
Tata bingung, dengan
sedikit linglung Tata mengambil makanannya, “Yauda mbak sini saya ambil”.
Tata meletakkan makanan
itu di meja yang ada disamping tempat tidurnya. Dia memandang terus kearah
makanan itu. Tapi tidak dilihatnya hal yang aneh pada makanan itu. Akhirnya
diraihnya makanan itu dan dinikmatinya kembali.
“Yauda, gue makan aja.
Anggap aja gue lagi beruntung dapat dua prosi.” kata Tata sambil melanjutkan
makannya.
Belum selesai Tata
makan, “Tok... tok... tok....” suara ketukan pintu kembali terdengar. Tapi
bedanya kali ini Tata sama sekali tidak merasa panik dan curiga.
“Tu kan gue bilang apa,
tadi sarapannya uda dikasi. Pasti ini mau diminta lagi. Haduh haduh... mana uda
gue icip-icip lagi.” kata Tata.
“Selamat Pagi Bu Tata,
ini sarapannya....” lagi-lagi pelayanan yang sama terlihat membawa sarapan saat
Tata membuka pintu.
“Uda kok mbak
sarapannya...” jawab Tata dengan penuh rasa heran.
Pelayan itu tidak
mejawab apa-apa. Dia meraih tangan Tata dan langsung meletakkan makanannya di
tangan Tata dan langsung pergi.
Tata masuk dan menutup
pintu kamarnya kembali. “Yaampun... ini ada apa ya. Kayanya ini cottage nggak
bener deh.” Dia mulai merasa merinding.
“Tok... tok... tok....”
“Aduh ya ampun... ini
apa lagi. Nggak habis habis deh.” Langsung Tata membuka pintu.
“Selamat pagi Bu Tata,
ini sarapannya....” lagi-lagi pelayan yang sama.
“Mbak lagi ngerjain
saya ya. Ini makanan yang keempat yang diantar ke saya lo. Tuh mbak liat aja.” Kata
Tata sambil menunjuk makanan yang sudah diterimanya.
“Ambil aja Bu.” sambung
pelayan tersebut.
“Saya nggak bisa makan
semuanya. Lihat itu masi banyak. Di tangan saya juga ada.”
“Ini sarapannya Bu...”
tiba-tiba pelayan tersebut berubah menajdi sosok hitam yang dilihat Tata
semalam. “Ini sarapannya Bu.... Hahahaha...” kata pelayan yang sudag berubah
menjadi monster tersbut dengan suara yang menyeramkan.
“A..........!!!”
spontan Tata berteriak dan menutup pintu. Dia ketakutan, dia panik, dia
terkejut. Dalam kepalanya dia bertanya-tanya ini tempat apa. Dia datang kesini
untuk liburan bukan untuk ditakut-takuti oleh setan.
Tiba-tiba Tata mual,
dia segera menuju kamar mandi dan muntah di closet. Dia muntah begitu banyak
sampai menyiksanya. Saat dia melihat muntahnya, muntahnya penuh dengan belatung
yang berlendir dan muntahnya sangat bauk.
Tata menangis karena
kesakitan dan ketakutan. “Hiksss....hiksss...hikssss....” dia menangis
tersedu-sedu. Dadanya sesak dan sesekali dia berteriak menahan semuanya ini.
Dia sepertinya sudat tidak tahan lagi dengan semua yang dialaminya, dia pun
pingsan.
------------------------------------------------------------------------------------------CONTINUE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar