Music

Senin, 21 November 2016

Fairy Fantasi





Alkisah di sebuah dunia yang indah dipenuhi dengan bunga-bunga yang indah hiduplah seorang peri yang sangat cantik bernama Talia. Talia tinggal bersama adik yang sangat disayanginya Mirina.

Suatu hari ketika Talia dan Mirina bermain di danau air emas, seoarang peri wanita jahat bernama Petty menyerang mereka. Demi melindungi sang kakak, Mirina terkena serangan Petty dan tubuhnya menjadi kaku dan berubah warna menjadi abu-abu.

"Hahahaha... Ternyata jurusku berhasil. Jika kau ingin adikmu sembuh, kau harus mencari sendiri caranya." kata Petty.

Talia hanya bisa menangis memeluk adiknya. Berkali-kali dia mencoba menggunakan sihir penyembuhnya tetap saja tidak berhasil. "Mirina, kakak akan segera menemukan cara untuk menolongmu."

Talia berkali-kali mendatangi peri-peri penyembuh. Namun tidak ada seorangpun yang mampu mengobati Mirina. Di tengah-tengah keputus asaannya, Talia mendapatkan petunjuk saat dia kembali membawa Mirina ke danau air emas.

"Siapa kau?" kata Talia saat mendengar suara tawa seseorang.

"Jangan takut! Aku adalah peri cahaya, namaku Hikari." kata sosok itu sambil memperlihatkan wujudnya.

"Hikari, biasanya peri cahaya tidak memperlihatkan wujudnya. Kenapa kau menemui ku?" kata Talia.

"Mungkin peri elang di puncak mutiara bisa memberi tau mu bagaimana cara untuk menyembuhkan adikmu. Itu saja yang dapat ku katakan." Hikari tiba-tiba menghilang.

Mendapat petunjuk tersebut, Talia mencari tau dimana puncak mutiara berada. Namun, banyak yang tidak mengetahui dimana puncak mutiara bahkan ada yang mengatakan padanya bahwa puncak mutiara hanyalah dongeng.

Tanpa ragu akhirnya Talia memutuskan untuk meninggalkan desa untuk mencari puncak mutiara tanpa tau dimana keberadaannya. Hingga suatu saat dia lelah dan beristirahat di pinggir air terjun.

"Hahaha.... Hahaha...."

Saat sedang istirahat Talia mendengar suara tawa yang samar-samar. "Siapa?" tanyanya.

"Untuk apa kau kesini?" jawab suara itu.

"Kenapa kau kembali bertanya? Aku sedang istirahat disini, aku sedang melakukan perjalanan" jawab Talia dengan tegas.

"Memangnya kau hendak pergi kemana?"

"Aku akan ke puncak mutiara!"

"Apa puncak mutiara?" akhirnya pemilik
suara itu pun muncul dengan sosok seorang peri pria bersayap bulan sabit bercahaya. "Untuk apa kau kesana?"

"Aku harus menemui peri elang untu menolong adik ku ini. Lihatlah, dia terkena sihir peri jahat yang bernama Petty."

"Petty? Seingatku dia telah disegel! Apa kau tau jalan menuju puncak mutiara?"

"Untuk apa aku menjawabmu, aku tidak mengenalmu!"

"Baiklah, perkenalkan aku adalah peri kristal Muscas. Dan aku yakin kau tidak tau bagaimana cara menuju puncak mutiara."

"Apa kau tau caranya?"

"Jalan menuju ke puncak mutiara adalah dengan melewati tangga pelangi. Tangga pelangi ada dibalik pelangi ketiga setiap sebulan sekali. Kau beruntung, bulan ini baru muncul dua pelangi, maka pelangi selanjutnya adalah jalan menuju puncak mutiara."

Akhirnya Muscas memutuskan untuk mengantarkan Talia dan Mirina menuju puncak mutiara untuk bertemu peri elang. Mereka beristirahat di pinggir air terjun untuk menunggu pelangi selanjutnya muncul.

Tiga hari berlalu akhirnya pelangi ketiga muncul. "Ayo terbang dengan cepat, tangga menuju puncak mutiara hanya terbuka selama 10detik!" kata Muscas.

Dengan sekuat tenaga Talia dan Muscas terbang ke arah pelangi dengan membawa Mirina. Dan didetik yang ke 9 mereka berhasil masuk.

Ternyata tangga pelangi untuk menuju puncak mutiara berwujud lorong berwarna pelangi. Dan diujung lorong mereka terlempar ke sebuah daratan.

"Dimama kita? Katanya tangga pelangi adalah jalan menuju puncak mutiara tapi aku sama sekali tidak melihat puncak disini!" kata Talia dengan curiga dan sedikit kesal.

"Puncak mutiara ada dia dasar danau yang berada tepat di depan kita. Tapi danau itu dijaga oleh seekor naga suci, hanya orang yang berhati bersih yang mendapat izin masuk." jawab Muscas.

Talia dan Muscas mendekati danau, dan mereka memanggil-manggil naga suci untuk keluar. Setelah beberapa kali memanggil, akhirnya naga suci keluar dari danau.

Naga suci berbentuk naga berwarna emas, dan tubuhnya penuh dengan cahaya. Diatas kepalanya terdapat 7 bola sinar yg berputar indah.

"Naga suci izinkan aku untuk masuk ke dalam puncak mutiara. Aku harus bertemu peri elang untuk menyembuhkan adikku ini." kata Talia.

"Puncak mutiara, adalah tempat yang suci. Hanya orang yang berhati bersih yang dapat masuk. Aku akan memeriksa hati kalian dulu." lalu sang naga menggunakan kekuatannya untuk memeriksa hati mereka.

Hati mereka ternyata bersih. Namun sang naga berkata bahwa tidak cukup hati yang bersih saja untuk masuk. Namun juga di butuhkan permintaan yang tulus dan sungguh-sungguh.

Talia pun memulai membuat permohonan. Dengan penuh tetesan air mata iya memohon untuk dapat masuk ke puncak mutiara. Permohonannya didengarkan, sebagai tanda permohonannya didengarkan muncul tiga buah mutiara.

"Mutiara itu akan kalian gunakan untuk menuju puncak mutiara. Kalian peri daratan tidak akan mampu bernafas di air, dan suhu dingin dari danau juga takkan sanggup kalian tahan. Makanlah mutiara ini." kata naga suci.

Saat mereka hendak mengambil mutiara itu, tiba-tiba petty datang dan menghancurkan mutiara itu. "Aku sudah menduga kau akan kesini untuk menyembuhkan adikmu. Hahaha tapi aku sudah menghancurkan mutiaranya." kata Petty.

"Hei kau peri jahat! Bagaimana kau bisa terbebas dari segel?" kata Muscas.

"Segel itu dapat terbuka dengan mengorbankan seorang manusia, beruntung sebelum aku disegel aku pernah mengkap seorang manusia tanpa sepengetahuan kalian, dan darahnya dapat ku gunakan untuk membuka segel. Hahahaha" kata Petty.

Setelah selesai berbicara Petty tanpa didguga menyerang naga suci. Naga suci yang mendapat serangan tiba-tiba pun meninggal dan menjadi telur.

Tidak cukup sampai disitu Petty juga berniat menghancurkan telur naga suci, dan sebelum itu terjadi Muscas mengorbankan dirinya untuk menahan sihir Petty dan itu membuatnya terluka.

Melihat kejadian itu sesosok makhluak bersayap lebar dan bercahaya muncul dari dasar danau.

"Siapa kau?" kata Petty.

"Petty, kekuatan kegelapanmu sungguh berkembang luar biasa. Sebelum kau menjadi-jadi aku harus menyegelmu selamanya." kata sosok itu. Sosok itu pun mengeluatkan kekuatan saktinya. Cahaya tubuhnya menjadi sangat menyilaukan, cahaya itu juga mengikat Petty.

Petty merasa kesakitan. Perlahan-lahan cahaya itu berubah menjadi bola cahaya yang mengurung Petty.

"Aku adalah Peri Elang Suci. Aku tidak akan membiarkan kejahatan meraja lela. Petty kau akan terkurung selamanya di puncak mutiara. Setiap kali kau berniat jahat bola cahaya itu akan menghukummu dengan sendirinya." kata peri elang suci.

"Jadi kau peri elang yang ku cari. Ku mohon padamu, sembuhkanlah adikku." kata Talia.

"Adikmu terkena sihir kegelapan yang sangat tinggi. Hanya ada satu cara untuk meyembuhkannya, kau memerlukan serbuk mutiara suci dan darah naga suci." jawab peu itu."Naga suci harus terlahir kembali baru kau bisa mendapatkan darahnya, sementara aku akan memberikan serbuk mutiara suci padamu. Aku ada permintaan kepada kalian berdua (Talia dan Muscas), tinggallah disini hingga naga suci terlahir kembali."


Muscas dan Talia tidak bisa menolak. Mereka akan tinggal dilembah tersebut hingga naga suci kembali terlahir.

Waktu kelahiran kembali naga suci adalah 100 tahun. Waktu yang sungguh sangat lama. Tahun demi tahun terlewati, Talia dan Muscas semakin lama semakin jatuh hati. Mereka menikah. Waktu yang lama tidak terasa berat.

Akhirnya waktu 100 tahun datang juga, naga suci terlahir kembali. Namun, darah naga suci baru bisa diambil 100 tahun lagi.

Talia dan Musca kembali menunggu 100 tahun lagi untuk menyembuhkan Mirina. Tidak hanya menunggu, Talia dan Muscas juga mendapatkan berbagai misi untuk memerangi kejahatan. Sehingga semakin hari mereka semakin kuat. Hingga akhirnya Talia dan Muscas diangkat menjadi peri pelindung.

Saat pengangkatan dan disaksikan seluruh petinggi negeri. Talia dan Muscas berubah wujudnya menjadi peri bersayap elang dan tubuh mereka bercahaya.

100 tahun berlalu kini Talia dan Muscas sudah memiliki seorang anak laki-laki. Dan tiba saatnya untuk membangunkan Mirina dari tidur panjangnya.

"Mirina, 200 tahun telah berlalu. Sudah saatnya kau bangun." kata Talia.

Tubuh Mirina ternagkat dan bercahaya setelah diberi obat. Sosoknya juga berubah menjadi peri bersaya merpati dan tubuhnya bercahaya merah muda.

"Kakak...terimakasih. Walau selama 200 tahun ini aku tertidur. Tapi sesungguhnya aku tidak tertidur. Aku tau apa yang terjadi." kata Mirina.

Peri Elang Suci mengangkat Mirina menjadi peri penjaga tangga pelangi agar tak ada lagi orang yang sembarangan masuk untuk mencari puncak mutiara.

Kini mereka hidup bahagia. Mereka melaksanakan tugas mereka dengan baik. Dan mereka siap melawan kejahatan.

-------Tamat------



Minggu, 04 September 2016

Maria dan Tante Jahat




Tinggal di rumah orang lain memanglah tidak seindah tinggal di rumah sendiri. Sesusah-susahnya hidup di rumah sendiri, tetap lebih nikmat walau pun hidup di rumah yang bak istana namun bukan rumah kita.

Banyak orang bilang, rumah sanak saudara adalah tempat yang aman bila seorang anak akan mulai merantau. Hal ini benar, namun tidaklah seratus persen benar. Hal inilah yang dialami oleh Maria.

Maria adalah seorang gadis yang besar di Pulau Nias Sumatera Utara. Pamannya yang berada di Jakarta menawari Maria untuk melanjutkan SMA di Jakarta, dan pamannya bersedia mencukupi semua kebutuhan Maria selama di Jakarta. Permintaan sang paman pun disanggupi oleh kedua orang tua Maria dan Maria sendiri.

Yasona yakni paman Maria memiliki satu orang anak dan seorang istri. Alasannya meminta Maria sekolah di Jakarta adalah untuk menemani anaknya yang tidak memiliki saudara dan tidak memiliki teman bermain saat di rumah.

Tahun ajaran baru pun tiba, bersama ibunya Maria datang ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMA. Kedatangan mereka pun disambut hangat oleh Yasona dan keluarga. "Ya'ahowu (salam dalam bahasa Nias)! Selamat datang di rumah paman. Beginilah keadaan kami disini." kata Yasona dengan aman.

Rumah Yasona begitu megah. Berbeda dengan rumahnya di kampung yang biasa-biasa saja. Maria pun sangat senang saat mengetahui kamar tidurnya yang begitu bagus. Sepertinya Yasona mempersiapkan semuanya dengan baik. "Maria, ini kamar kamu ya. Semoga kamu betah tinggal disini." kata Yasona.

"Jesica, ayo kenalan dengan Maria." kata Yasona, meminta anaknya berkenalan dengan Maria.

Selang beberapa hari ibu Maria harus kembali ke Nias. Maria dan ibunya terlihat sangat sedih karena harus berpisah. "Maria, kamu baik-baik ya sekolah dan tinggal di Jakarta nak. Doa mama selalu menyertai kamu." kata ibu Maria.

Hari-hari Maria di Jakarta pun di mulai. Rumah Yasona tidak ada pembantu dan semua pekerjaan di rumah dikerjakan bersama-bersama dengan anak dan istrinya. Maria disana pun membantu semampunya untuk melakukan pekerjaan rumah.

Hari demi hari berlalu, Hilda istri Yasonan semakin keenakan menyuruh-nyuruh Maria begitu halnya pula dengan Jesica. Tanpa mereka sadari mereka telah memperlakukan Maria seperti pembantu. Saat ini hampir semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Maria. Yasona yang sering melakukan pekerjaan di luar kota dan jarang berada di rumah tidak mengetahui hal ini.

Suatu saat Hilda membangunkan Maria subuh-subuh. Ia menyuruh Maria untuk membersihkan rumah, menyuci pakaian, dan menyiapkan sarapan sebelum pergi kesekolah. "Tante, hari ini aku ujian. Bisa nggak kalau aku pake waktu subuh ini untuk belajar. Nanti siap sekolah aku kerjakan. Karena ujian kami pulang cepat." kata Maria dengan penuh kelembutan. "Emangmya semalam kamu nggak belajar? Pagi ini saya ada tamu! Tamu om kamu juga! Kamu mau bikin malu om mu?" kata Hilda dengan nada penuh emosi. "Pokoknya kalau belum bersih jangan kamu ke sekolah! Kami yang bayar uang sekolahmu! Jadi kamu mau lulus ujian atau nggak, biayanya tetap dari kami!" lanjut Hilda.

Di sekolah, saat ujian Maria tidak bisa berkonsentrasi. Dia kelelahan karena harus membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyiapkan sarapan, mencuci piring, dan menyetrika pakaian Jesica dan Hilda. Tapi dia tetap berusaha mengerjakan ujiannya dengan baik.

Saat istirahat seoranf teman bertanya pada Jesica, "Jes, kok aku liat si Maria makin kurus ya kalau dibandingin saat pertama kali masuk sekolah? Kalian nggak kasi dia makan ya?". Jesica tampak kaget dengan pertanyaan temannya itu. Dia juga baru kepikiran kalau Maria memang semakin kurus. "Enak aja, dia makannya banyak kok! Mungkin badannya aja yang nggak nerima makanannya!" jawab Jesica terbata-bata.

"Kring.... Kring.... Kring...." HP Maria berbunyi.

"Halo Ma..."kata Maria saat menjawab panggilan dari ibunya.

"Sedang dimana nak?"

"Ini ma, sedang belajar dikamar." Maria berbohong. Padahal malam ini dia sedang menyetrika pakaian Jesica dan Hilda yang sangat banyak.

"Gimaa ujian mu nak? Lancar? Sampai kapan ujiannya?"

"Puji Tuhan ma, lancar. Sampe lima hari lagi kami ujian ma."

"Maria, kenapa mama lihat badanmu sekarang semakin kurus? Apa kamu nggak betah disana? Kalau nggak betah pulang aja kembali ke Nias!"

"Nggak kok ma. Aku cuma diet. Aku betah kok disini. Pokoknya mama jaga kesehatan ya. Udah dulu ya ma, aku mau belajar." Maria mematikan telpon ibunya. Dia pun menangis. Dia sesungguhnya sudah tidak betah lagi di Jakarta.

"Jesica kesini dulu!" teriak Hilda dari kamarnya.

Tak lama Maria pun datang. Tanpa basa basi, Hilda langsung marah-marah tak jelas. "Mama mu yang telpon tadi ya? Apa kau bilang? Pasti kau jelek-jelekan aku kan! Memang nggak tau terimakasih kamu ini!" Hilda menjitak kepala Maria setelah mengakhiri perkataannta.

Maria pun menangis. Dia menyesali keberadaannya sekarang. "Tuhan, kenapa nasibku begini? Lebih baik aku tidak usah datang ke Jakarta dulu." kata Maria sambil menangis.

Jesica yang tidak senang mendengar Maria menangis langsung memarahinya, "Nangis aja kerjamu terus. Tiap malam nangis. Tiap disuru nangis! Asal tau ya kamu, uang bapakku uda habis sekolah kan kamu! Jadi wajar sajalah kalau kami suruh kau sedikit!".

"Kenapa jahat kali kalian! Kalian buat aku kaya pembantu! Mau belajar saja aku susah! Mau main sama temanku nggak bisa!" balas Maria.

Hilda yang mendengar hal itu langsung datang dari kamarnya. Dia langsung memaki dan menampar Maria.

Maria semakin menangis histeris. Dia sudah tidak tahan lagi. Dia meluapkan semua isi hatinya. "Ku adukan kalian sama Bapakku! Liatlah kalian! Asalkan kalian tau, orang tuaku bukan orang susah di kampung!"kata Maria dengan penuh air mata. "Diam kau!" Hilda menampar maria sekali lagi.

Tak puas dengan memukul Maria, Hilda membanting HP Maria sampai pecah. "Sudahlah Ma! Ngapain kita urus dia lagi!" kata Jesica.

Besoknya Maria curhat kepada teman dekatnya di sekolah. Dengan penuh air mata dia cerita. Sesekali dia tak kuat menahan tangis saat bercerita. Dia juga mengadu kepada orang tuanya dengan meminjam HP temannya itu.

Tak lama Lukas abangnya Maria datang menjemput. Abangnya terkejut saat menjemput dia sedang melihat adiknya mencabut rumput di halaman sedangkan Jesica dan Hilda sedang bersantai menikmati cemilan.

Lukas langsung membawa Maria tanpa basa-basi kepada Hilda dan Jesica. Sementara sambil mengurus berkas pindah sekolah Maria, mereka menginap di hotel berbintang untuk menunjukkan kepada Jesica dan Hilda bahwa mereka bukan orang susah.

Yasona yang mendengar hal itu maeah kepada Hilda, dan hanya bisa meminta maaf kepada Lukas, Maria dan kedua orang tua mereka.

"Maria, om minta maaf. Karena tidak bisa menepati janji om untuk menjaga kamu. Lukas, sampaikan juga permintaan maaf om kepada mama papa kalian di kampung. Tolong maafkan juga tante dan Jesica." kata Yasona dengan tulus setelah sampai di bandara untuk mengantar Maria dan Lukas.

"Om, aku nggak pernah marah sama om. Tante dan Jesis udah aku maafin." kata Maria.

Maria dan Lukas pun pamit. Mereka memeluk dan mencium tangan paman mereka. Walau apa yang telah terjadi, mereka masih mau memaafkan dan tetap menghargai paman mereka.

Selesai

Prinsip Percaya dan Prinsip Mengampuni




Prinsip percaya dalam hubungan dengan Dia (mrk 11:20-24)
- Percaya bukan semata percaya diri, ttp mempercayakan diri kepada Tuhan (ayat 18-22)
- Percaya bukan semata diperkatakan, tetapi diimani (ayat 23)
-Percaya juga bukan semata diimani tetapi dilakukan (ayat 24 band. Yak 2:17)


Prinsip mengampuni (Mrk. 11:25-26)
- Mengampuni syarat mutlak sebelum berdoa (ayat 25a)
- Mengampuni supaya kita diampuni, bukan yang bersalah kepada kita diampuni (ayat 25b-26)
- Mengampuni bukan tidak ingat di otak tetapi tidak ingat-ingat di hati atau tidak lagi dipengaruhi (band. Kej 50:20-21)

Ibadah 4 September '16 GSJA CWS Gatsu Medan Ibdah 1


Sabtu, 03 September 2016

Ada Untuk Kamu




Pagi itu Andra datang ke kos Josep setelah mendengar kabar bahwa Josep sedang sakit dari pacarnya. "Stela, Josep kenapa?" tanya Andra kepada Stela kekasih Josep. "Sejak semalam, badannya panas. Aku panik, aku bingung mesti gimana!" jawab Stela.

Andra mendekat dan coba menyentuh kepala Josep, "Ini panas banget! Kita bawa dia ke rumah sakit!".

Andra mencoba menghubungi Niko untuk meminjam mobil guna mengantar Josep. "Nik, pinjam mobil ya! Ngantar Josep ke rumah sakit. Dia sakit, demamnya tingg." kata Andra. "Ok! Gue segera kesana. Kalian tunggu gue ya!" sambung Niko.

Tak lama Niko datang. Saat mereka akan membawa Josep ke rumah sakit, Josep menolak. "Gue nggak mau ke rumah sakit! Kalian enak anak orang kaya! Gue nggak punya duit!" kata Josep sambil menahan sakitnya.

"Josep!" kata Stela yang langsung memeluk Josep.

"Josep, lu tenang aja! Sekarang yang penting lu sembuh dulu. Soal biaya kita pikirin nanti! Lagian lu gak sendiri, ada kita disini!" kata Andra.

Setelah dibujuk akhirnya Josep mau dibawa ke rumah sakit. Hasil laboratorium menunjukkan bahwa Josep terkena tipes dan harus dirawat beberapa hari.

"Nik, makasih ya. Lu uda mau nganterin Josep ke rumah sakit. Lu emang teman yang baik. Sebaiknya sekarang lu pulang dulu! Josep biar gue sama Stela yang jaga." kata Andra.

"Yaudah kalau gitu. Gue balik dulu ya. Josep gue serahin ke kalian." kata Niko.

"Thanks banget ya Nik. Kalau nggak ada lu, gue bingung. Apalagi hari hujan begini." kata Stela.

Lima hari lamanya Andra dan Stela menjaga Josep di rumah sakit, hingga akhirnya Josep dinyatakan sembuh dan sudah bisa pulang. Namun, pulang bukannlah urusan yang mudah. Mereka kekurangan dana untuk membayar biaya rumah sakit.

"Kalau sampai besok kita belum bayar uang rumah sakitnya sebelum jam 12 siang, kita akan tambah biaya nginapnya satu hari lagi. Duit kita juga masi kurang!" kata Stela.

"Kita masi kurang brapa?" tanya Andra.

"Semua biayanya 9.500.000 rupiah. Kita baru punya 6.000.000 rupiah ni..." jawab Stela.

"Tadi aku uda coba minjam di kantor, tadi uda di transferin tapi cuma 2.000.000 rupiah aja. Jadi kita kurang 1.500.000 rupiah lagi." sambung Josep.

Mereka bingung harus mencari uang sisa itu dimana. Sampai akhirnya Andra menemukan satu cara. "Stela ayo ikut gue sebentar!" kata Andra saat mengetahui Josep sudah tidur.

"Gue uda dapat caranya."kata Andra.

"Stela, gimana? Lo minjam lagi? Sama siapa? Kita aja udah susah payah cari pinjaman ampe tinggal kurang 1.500.000, emang mau pinjam dimana lagi?" kata Stela.

"Gue kan tinggal nunggu wisuda doank. Jadi gue gadai laptop gue dulu."

"What?! Gila lu Ndra, laptop itu kan penting banget!"

"Iya penting! Tapi kan gue uda kelar semua ni, tinggal nunggu wisuda. Ya, nggak masalah lah. Tapi jangan bilang Josep, bilang ntar aja. Lagian kalau asuransinya Josep cair, kan laptop gue pasti balik lagi."

"Yaudah Ndra. Gue ikut lu aja."

Masalah pun selesai. Josep akhirnya bisa pulang esok harinya. "Thanks banget ya buat kalian berdua! Kalau nggak ada kalian, gue nggak tau bakal gimana." kata Josep.

"Udah. Lu santai aja kali! Lagian kita kan temanan uda lama. Hahaha..." lanjut Andra.

Selesai

Selasa, 23 Agustus 2016

Sosialita KW



"Hai Tina!" sapa Siska saat menemui Tina di cafe tempat mereka janjian. "Sorry ya aku agak lama, soalnya aku tadi nunggu tas branded pesanan aku. Liat deh bagus banget kan? Ini limited edition lo, diimpor langsung dari Paris. Cucok deh pokoknya." sambungnya sambil memamerkan tas barunya.

Tina merasa panas mendengar omongan Siska tersebut. "Iya bagus banget. Keren deh." puji Tina terpaksa.

"Ih Tin, kok aku liat kamu sekarang jarang banget ya belanja? Padahal kamu kan dulu hobi banget belanja? Kamu nggak bangkrutkan?" kata Siska sambil melap tas barunya itu dengan tisu, bahkan sesekali dia meniup tasnya.

Tak lama kurir yang mengantar pesanan Tina datang. "Disini mas!" panggil Tina kepada kurir itu.

Perlahan Tina membuka bungkusan paketnya itu. Dan saat dibuka terlihat tas branded yang sangat mahal dan bagus, "Aduh sayangku, akhirnya kamu datang juga. Tas yang cuma ada satu di seluruh dunia dan cuma untukku".

Siska terlihat tidak enak melihat pemandangan itu. Dia segera mengambil smartphone ndak membuka aplikasi belanja online. Tanpa pikir panjang dia pesan semua barang baru.

Tak lama setelah itu pesanan Siska datang. "Wah, seneng banget. Blanjaan aku datang. Aduh kayanya mesti beli lemari baru deh, buat singgasana barang-barang kesayangan ini. Iya kan Tin hahahaha..." kata Siska. "Iya, hahaha" balas Tina sinis.

"Mana mungkin kamu bisa nandingin aku. Secara ya, aku itu lebih berkelas dari kamu." kata Siska dalam hatinya.

"Dasar cewek songong! Kamu pikir kamu menang? Tunggu dulu ya!" Tina bergumam dalam hati.

Tak lama setelah itu ada kurir yang kemali mengantar belanjaan untuk Tina. Kali ini jumlahnya lebih banyak. "Aduh akhirnya orderan kedua datang. Duh, semuanya cuma ada satu hahaha..." kata Tina. "Ya udah ya Sis aku mau bawa pulang dulu ini semua. Kasian lama-lama di luar, mahal." lanjut Siska.

Siska semakin kesal melihat tingkah Tina. Dia juga stres karena tagihan kartu kreditnya yang sudah bengkak. Saat Tina sudah pergi Siska menelpon toko belanja onlinenya itu, "Halo mbak, barang yang saya pesan tadi bisa dikembaliin? Karena ternyata saya kurang cocok dengan barangnya, ya nggak sesuai lah sama gambarnya..." katanya di telpon.

"Maaf ya mbak, barang yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan lagi. Makasih ya mbak. Tut... Tut... Tut..." telpon dari call center itu pun terputus.

Tanpa sengaja di jalan Siska melihat Tina mengunjungi suatu toko membawa barang belanjaannya. Dan ketika keluar, Tina sudah tidak membawa barang-barangnya lagi. Siska pun penasaran dan mendatangi toko tersebut.

"Mbak, mbak yang tadi datang kesini bawa belanjaan banyak tadi ngapain ya?" tanya Siska kesalah satu SPG di toko tersebut.

"Oh mbak yang tadi ya mbak? Dia temannya mbak itu." kata SPG itu sambil menunjuk salah satu karyawan wanita lainnya. "Jadi, mbak itu suka pinjam barang dari sini, buat dipamerin gitu mbak. Heran deh, buat malu aja. Dia juga masi punya utang di toko ini karena pernah rusakin tas paling mahal di toko ini."


"Oh gitu ya mbak. Makasi ya mbak infonya."

Siska merasa sangat puas dengan berita tersebut. Dengan ini dia bisa membuat Tina malu di depan semua orang.

Esoknya Siska mengajak Tina bertemu di cafe yang sama. "Aduh nggak nyangka ya, orang yang ngakunya beli barang branded, ternyata malah barang pinjaman." kata Siska kepada Tina yang belum sempat duduk dengan suara yang keras.

"Heh! Maksud situ apa ya?" Tina langsung menjawab dengan nada tinggi.

"Susah memang kalau berdebat! Nih dengarin aja." Siska pun memutar rekaman suara pembicaraannya dengan SPG toko kemaren.

"Ih malu-maluin banget ya, punya utang tapi sok-sok sosialita." sambung Siska.

"Oh gitu senang ya?" sosor Tina.

"Iya dong. Jelas! Hahahaha."

"Dari pada situ lari dari kosan gara-gara ditagih tagihan kartu kredit yang uda nunggak sampe bejibun. Liatni rekaman videonya." balas Tina.

Semua orang di cafe tersebut pun memperhatikan tingkah kedua wanita yang sedang berseteru ini. Ada yang melotot, foto, video, dan ada juga yang ngomporin "Udah hajar aja!".

"Suka belanja ini itu, tapi utang! Jadi buronan kartu kredit lagi! Hahahaha..." kata Tina dengan senangnya.

"Eh jangan sembarangan ya!" siska langsung menyiram Tina dengan jus mengkudu yang sudah dipesannya.

"What?! Dasar cewej kurang ajar!" Tina marah dan langsung menjambak Siska.

Pertarungan antar keduanya pun tak bisa terhindari. Pertarungan itu juga menjadi hiburan yang seru untuk pengunhung yang ada, dan juga menarik orang untuk masuk ke cafe itu.

Tidak lama polisi datang dan mengamankan mereka. Karena tak ada aksi damai, mereka pun terpaksa dipenjara selama tiga bulan.

Selesai

Senin, 22 Agustus 2016

Namamu Bukan Idiot



"Siapa nama kamu sayang?" tanya seorang reporter wanita kepada seorang anak kecil yang mengalami luka lebam akibat kasus kekerasan terhadap anak kecil. "Namaku..."jawab anak itu tanpa ragu sedikit pun "...Idiot.". Semua orang di kantor polisi terkejut saat anak itu menyebutkan bahwa namanya "Idiot".

Reporter wanita itu meneteskan air matanya. Dia kasihan, iba, terhadap apa yang telah di alami anak itu. Wanita memeluk anak itu erat, namun anak itu sama sekali tidak ada ekspresi. Anak itu seperti mati rasa.

Entah sudah berapa lama anak itu menderita, mungkinkah anak itu sudah lupa rasanya kasih sayang? Rasa yang harusnya dirasakan oleh anak-anak seusianya.

Anak itu tinggak bersama ibu dan ayah tirinya. Ibunya menikah lagi setelah lari dari suami pertamanya yang suka menyiksanya. Namun yang, iya tetap menikah dengan orang yang suka menyiksa anaknya.

Ibu anak itu dan ayah tirinya blum diketahui keberadaannya sekarang. Anak itu dapat diselamatkan seorang tetangga saat kedua orang tuanya lengah.

Saat ditanya tentang orang tuanya anak itu hanya diam. Dia tidak tau apa yang harus di ucapkannya. Tatapan anak itu kosong tanpa ekspresi.

Reporter wanita itu pun berinisiatif untuk mengadopsi anak itu. Dan setelah mendapatkan izin anak itu pun ikut bersama reporter itu.

Reporter itu adalah seorang janda. Suaminya meninggal karena kecelakaan tragis, dan kandungannya keguguran saat mendengar kabar itu. Kini dia tinggak sendiri. Dia berharap anak kecil itu untuk selalu ada bersamanya sampai dia tua nanti.

"Sayang, sekarang kamu jangan panggil nama kamu Idiot lagi ya. Sekarang aku adalah mama kamu, mama Maya. Dan nama kamu sekarang adalah Luna." kata Maya reporter wania itu.

"Mama maya..." kata anak itu.

"Iya sayang. Mama Maya. Dan kamu Luna." dia memeluk Luna yang sekarang adalah anaknya.

Setelah bersama Maya, perlahan Luna mulai melupakan traumanya. Nama Idiot sekarang telah hilang dari kepalanya. Sekarang dia sudah bisa merasakan kembali apa yang namanya kasih sayang.

Cerita Tentang RinaRina Nose




Bicara soal Rina Nose, siapa si nggak tau? Itu tu pekerja seni yang sering nongol di Indosiar. Hehehe... Nah ceritanya gue ini salah satu fans atau penggemarnya Rina Nose. Eits, tapi gue nggak alay dan anarki hehehe... Gue fans yang sehat kok hohohoho... (ketawa terus ya gue)

Kok bisa sih gue suka sama Rina Nose? Sebelumnya gue nggak tau siapa itu Rina Nose, karna gue bukan penggemar TPI (MNCTV sekarang) yang nayangin acara API, dan Rina n CS nya juara wahid tu di ajang itu. Gue penggemar Indosiar soalnya TV gue dulu banyak semutnya, dan yang gambarnya paling bening ya Indosiar sama TVRI. Singkat cerita nongollah acara Super Star. Dan ada peserta cewek sama kakek-kake, dan pas gue denger tu cewek nyanyi gue kesemsen soalnya suaranya kece banget. Akhirnya tanpa sadar gue terpikat deh sama suaranya si Rina Nose.

Dulu si gue gak tau kalau si Rina itu orangnya lucu kaya yang kita tau sekarang. Dulu yang gue pikir lucu itu Ki Daus. Rina mah dulu elegan gayanya gak banyak bicara hehehe....

Suara yang bagus, bisa ngelawak, jago niruin beberapa suara (gue paling suka kalau dia niru suara boneka Susan), bisa MC, ekting membuat gue makin cinta banget sama Rina Nose. Dan kehadiran Rina di setiap acara membuat acara menjadi hidup. Jarang banget ni di Indonesia ada artis kaya gini.

Rina tu juga orangnya alami. Walau pun sering dibully karena hidungnya pesek, dia tetap bangga (mungkin alasan inilah yang dia gunakan untuk nama panggunggnya Rina "Nose") dan tidak berencana memancungkan hidungnya hingga saat ini. Rina juga berani tampil alami di TV saat dia lagi proses penyembuhan jerawatnya.

Gue kadang kasihan banget si sama si Rina. Dia sering banget dibully. Lu liat aja twitternya Rina @Rina_Nose banyak banget yang ngejudges dia dengan kata-kata yang pedas. Padahal Rina sering membuat kita tertawa. Dia lawakannya juga nggak kaya lawakan Raffi CS yang sering mengumbar aib orang lain yang kadang buat gue jijik. Tapi walau pun begitu Rina tetap sabar, dia malah membalas tudingan-tudingan tentang dirinya dengan santai dan kadang bikin gue ketawa kalau bacanya.

Gue berharap banget suatu saat bisa ketemu langsung sama Rina Nose. Dan pengen banget duet bareng doi. Kapan ya? Kalau gue si berharap secepatnya.

Ok guys, itulah sekilas tulisan gue tentang Rina Nose. Maaf kalau kaga mutu wkwkwkwk

Sekian bye.....

Kita berdua, Raffi dan Ayu

Ayu tidak tau bahwa selama ini dia masi menyimpan rasa pada Raffi. Iya sadar ketika hari ini dia datang ke pernikahan Raffi dan Rina. "Selamat menempuh hidup baru." ucap Ayu saat bersalaman dengan pengantin.

Perlahan Ayu melangkah menuju ke pojok ruangan resepsi pernikahan. Dia sepertinya belum bisa merelakan Raffi. Dia kembali teringat momen-momen masa lalu saat dia bersama dengan Raffi.

Dulu Ayu dan Raffi sering nongkrong di belakang sekolah saat SMA sambil mendengarkan MP3. Akhirnya kita merasa persahabatan pun ternoda... Haruskah kita malu mengakui adanya anugrah cinta...
Itulah sepenggal lagu kesukaan mereka berdua. "Ayu, aku nggak nyangka dulu lu gue, sekarang aku kamu. Dulu sahabat sekarang kita kekasih." kata Raffi. Raffi menggenggam tangan Ayu. Ayu malu, wajahnya memerah dia tersenyum malu. "Aku mau selamanya kita bersama..." lanjut Raffi.

Mengingat saat-saat itu air mata Ayu perlahan menetes. "Berat ternyata..." kata Ayu sambil terisak tangis. Sekarang walau pun dia sedih, dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Raffi dan Rina.

Susah move on Ayu memutuskan untuk pergi menenangkan dirinya dengan berlibur ke Medan ke tempat temannya waktu SMA dulu Jesica. Namun tanpa diduga, Raffi juga pergi ke Medan untuk urusan bisnis dan lebih gokilnya mereka duduk bersampingan.

"Ayu...kamu ke medan juga?" sapa Raffi terlebih dahulu.
"Iya. Aku mau liburan ke tempat Jesica." balas Ayu tanpa berani menatap Raffi.
"Jesica teman SMA kita kan? Kok kebetulan banget, aku justru lagiada bisnis bareng sama dia."
"Apa?" Ayu kaget. Niatnya yang dulu untuk melupakan Raffi malah membawanya lebih dekat dengan Raffi.

Singkat cerita Ayu pun tiba di tempat Jesica dan mereka tidur sekamar. "Jes, kok kamu gak cerita kalau kamu ma Raffi ada bisnis?" Kata Ayu. "Ya, aku mau bilang sih..."kata Jesica yang belum selesai menyelesaikan ucapannya. "Kamu tau kan aku kesini buat lupain dia?" potong Ayu.

"Kalau cinta harusnya kamu jujur. Ngapain juga di sembunyikan."
"Tapi sekarang Raffi uda punya Rina. Aku gak mungkin bareng dia lagi."
"Udah kamu lupain Raffi nanti aja, mumpung di Medan yang jauh dari Jogja tepatnya jauh dari Rina,  ya kamu manfaatin lah waktu di Medan ini bersama dia."

Ayu mulai berpikir, bahwa apa yang dikatakan Jesica ada benarnya juga. Dia mulai membayangkan apa  yang akan dilakukannya bersama Raffi. "Maaf Rina, aku pinjam dulu suamimu selama di Medan." kata Ayu sambil menatap foto Raffi dan Rina di HPnya.

Esok hari Jesica bertemu dengan Raffi untuk membicarakan bisnis, dan Ayu ada disana. Setelah membahas banyak hal Jesica meninggalkan Raffi dan Ayu berdua. "Oh ya Fi, ada hal yang aku urus sebentar. Kamu temanin Ayu ya. Kamu kan ngerti Medan. Ajak deh Ayu jalan-jalan." pinta Jesica. Dan Raffi pun menyanggupi permintaan Jesica.

Jesica meninggalkan mereka berdua. "Yu, manfaatin waktu ini sebaik mungkin." pesan Jesica untuk Ayu di BBM.

"Jadi kita mau kemana?" tanya Ayu. "Kita makan dulu, setelah ini aku mau ajak kamu ke suatu tempat." jawab Raffi. Sambil menikmati makanannya Ayu sesekali memandangi Raffi dengan malu-malu. Dan tanpa disadari pandangan mereka bertemu. Mereka terdiam sejenak, dan lanjut dengan tertawa.

"Wah istana Maimun! Asyik!" sorak Ayu. "Yuk kita masuk."ajak Raffi. Mereka berkeliling Istana Maimun dan terlihat mereka sangat gembira. Sambil berkeliling Atu meminta Raffi untuk memfotonya dan sesekali mereka berselfi ria. Mereka juga berfoto bersama menggunakan pakaian adat Melayu, mereka terlihat serasi bak raja dan ratu dari kesultanan Melayu.

Tak cukup ke Istana Maimun mereka berkeliling kota Medan dengan becak. Mereka terlihat gembira, becak yang melaju dengan kecang sesekali membuat Ayu dan Raffi tertawa. "Hua... Gokil..." teriak Ayu.

Raffi sangat senang memandang wajah Ayu yang ceria. Tanpa disadari dia juga masi menyinpan rasa dengan Ayu. "Uda lama, tapi aku merasakan kembali rasa ini. Rasa cinta yang dulu pernah hilang." katanya dalam hati.

"Seru banget.....!!!" soarak Ayu dikamar bersama Jesica. "HHati-hati loh nanti kamu makin susah lupain dia." sambung Jesica. "Bodoh ah, yang penting hari ini aku bareng Raffi, bareng Raffi, bareng Raffi." kata Ayu.

Esoknya Raffi dan Ayu kembali menghabiskan waktu bersama. Seharian mereka habiskan waktu bersama dan sekarang mereka dinner. "Ayu, aku senang bisa bareng kamu akhir-akhir ini." Kata Raffi. "Dan aku, ternyata masi sayang sama kamu."

Raffi menggenggam tangan Ayu. Ayu tersipu malu, wajahnya memerah. Dia terlalu bahagia dan  bingung untuk menrkspresikannya.

"Ayu, sekarang aku sudah menikah..." perkataan Raffi tersebut membuat Ayu yang tadi senang berubah menjadi tak karuan. "aku sadar aku masi sayang kamu juga. Tapi, Rinalah istriku sekarang. Hal ini cukup kita saja yang tau. Dan saat kembali ke Jogja nanti, lupakanlah semua ini."

Ayu langsung pergi. Di rumah Jesica dia hanya menangis saja. "Uda Yu, udah. Jangan sedih ya." Jesica coba menghibur Ayu. Namun, air mata Ayu memang tak terbendung. Jesica hanya bisa memeluk erat sahabatnya itu.

Singkat cerita Ayu kembali ke Joga, begitu juga halnya dengan Raffi. Di bandara mereka berpapasan. Namun tak ada lagi sapa, tak ada lagi senyum, dan tak ada lagi rasa. Mereka tidak bertegur sapa satu sama lain. Raffi langsung menghampiri Rina dan memeluknya yang sudah datang menjemputnya. Sementara Ayu langsung menuju taxi dan pulang.

"Raffi... Thanks bnget untuk waktu yang pernah kamu bagi untukku. Aku tau, kau sekarng miliknya. Aku sadar itu "

Selesai

Sabtu, 09 Juli 2016

Imajinasi

Mungkin aku tak seindah yang kau bayangkan Sosok sempurna yang selalu ada dalam imajinasimu Tapi aku nyata dan dia tidak Aku disisimu dan dia khayalanmu Berhentilah berimajinasi Ku mohon lihatlah aku yang ada di depan mu Kala kau menangis aku menghapus air matamu Kala kau menangis dia tak bisa menghapus air mata mu Aku sedih dan begitu kacau Sulit bagiku memenangkan hatimu Takkan ada yang kan bisa memenangkan hatimu Jika kau terus berimajinasi

Imajinasi

Mungkin aku tak seindah yang kau bayangkan Sosok sempurna yang selalu ada dalam imajinasimu Tapi aku nyata dan dia tidak Aku disisimu dan dia khayalanmu Berhentilah berimajinasi Ku mohon lihatlah aku yang ada di depan mu Kala kau menangis aku menghapus air matamu Kala kau menangis dia tak bisa menghapus air mata mu Aku sedih dan begitu kacau Sulit bagiku memenangkan hatimu Takkan ada yang kan bisa memenangkan hatimu Jika kau terus berimajinasi

Imajinasi

Mungkin aku tak seindah yang kau bayangkan Sosok sempurna yang selalu ada dalam imajinasimu Tapi aku nyata dan dia tidak Aku disisimu dan dia khayalanmu Berhentilah berimajinasi Ku mohon lihatlah aku yang ada di depan mu Kala kau menangis aku menghapus air matamu Kala kau menangis dia tak bisa menghapus air mata mu Aku sedih dan begitu kacau Sulit bagiku memenangkan hatimu Takkan ada yang kan bisa memenangkan hatimu Jika kau terus berimajinasi

SESUATU DI COTTAGE #4 (FINAL) - HILANG

Tak berdaya Tata hanya bisa pasrah. Dia tidak tau akan dibawa kemana. Tangisnya pecah hingga suara tangisnya pun tak bisa terdengar lagi. Ai...