Music

Kamis, 23 Juli 2020

YA DAN TIDAK, GEREJA SETAN






Saat Ini

“Ruangan ini sekarang terasa berbeda. Tidak seperti dulu.” kata Valentina sambil terus meraba seluruh permukaan dinding kamar No. 13 Kosan 332415. Ya, sebuah nama kostan yang aneh dan entah apa maknanya.

“Bu, kenapa nama kostan ini adalah 332415?” lanjut Valentina yang sangat penasaran.

“Saya kurang tau Mbak, katanya itu nomor keberuntungan pemiliknya. Dulu menang lotre nomornya 332415 Mbak.” jawab Sri sang penjanga kos.

Valentina adalah penguhuni kamar No. 14 di Kostan 332415. Sudah dua bulan dia tinggal di kostan ini. Namun, beberapa hari belakangan dia merasakan aura yang aneh di kamar tersebut. Ya, kamar itu sudah tidak dihuni sekitar dua minggu dan tidak ada yang tau apa yang terjadi pada penghuninya. Padahal kamar tersebut masih penuh dengan barang-barang penghuni dan sudah dibayar hingga enam bulan ke depan.


15 Jam Sebelumnya

Hari ini pukul 03.00 WIB tanggal 06 Mei 2020 terdengar suara yang aneh dari kamar No. 13. Valentina terbangun dari tidurnya, dan mencoba mendengar suara itu melalui dinding.

“Nyi…….kessssssss……. a………” suara yang samar-samar terdengar seperti itu.

Valentina kaget. Dia ketakutan. Perlahan dia coba mendengar lagi, dan suara yang sama masih terdengar.

Valentina keluar kamar dan menuju ke kamar No. 12, “Luna, Luna, Lun…” katanya sambil mengetuk pintu.

“Kenapa Na, lu ke kamar gue subuh-subuh begini? Gue masi ngantuk tau. Baru tidur jam satu pagi. Lagi nanggung gue mimpinya ni. Mimpi oppa-oppa ganteng lagi.” jawab Luna sambil membuka pintu dengan kondisi setengah sadar.

“Lu nggak dengar apa-apa dari kamar No. 13?” Tanya Valentina.

“Nggak tu, lu ngigo kali Na. Kan ini jam orang masi pada ngimpi juga.”

“Gue serius. Lu tau kan gua indigo. Nggak mungkin gue main-main.” Lanjutnya. “Coba deh lu dengar.”

Luna mencoba mendengar dari dinding. Sesaat suasana menjadi hening. Dan sesaat setelahnya, “Nggak kedengaran apa-apa. Lu ngingo kali Na. Mending lu tidur lagi aja, gue mau lanjut mimpiin oppa-oppa ganteng.” sambung Luna.

“Lun, gue srius. Gua nggak ngigo. Coba deh lu dengarin lagi Lun. Buka mata batin Lu dan fokus. Sama apus iler lu. Please Lun!”

“Iya deh nyai Valentina, gue coba sekali lagi ya. Gue apus juga ni iler oppa ganteng gue” Luna kembali mencoba mendengarkan. Kali ini dia memejamkan matanya dan coba membuka mata batinnya. Dan kemudian, dia mendengar suara itu.

“Ada kan?” kata Valentina.

“Ini ada yang nggak beres Na. Kita harus buka tu kamar besok malam. Harus.” sambung Luna dengan wajah yang serius.

“Tu kan Na apa gue bilang. Ya udah, kalau emang gitu besok gue bilang Bu Sri.”

Tiba-tiba Luna muntah. Muntahnya berwarna hitam pekat dan kental. “Luna lu kenapa? Lu nggak apa-apa kan?” tanya Valentina dengan wajah cemas.

“Nggak apa-apa, gue fine.” Kata Luna. Sejenak dia mencoba memejamkan matanya dan menghela nafas. “Ini ada yang nggak beres. Ada kekuatan gelap, yang sangat kuat dari kamar sebelah. Tapi kita harus tetap tenang, jangan sampe membuat penghuni yang lain panik. Besok kita juga ajak Irene, untuk cari tau apa yang terjadi. Karena kita perlu kemampuan dia untuk melihat.”


Kembali Ke Saat Ini

“Irene, lu liat apa?” tanya Luna.

“Ini berat, gue masih coba untuk liat kedalam. Bantu gue Lun, kekuatan gue nggak cukup.” Sambung Irene yang sedang duduk bersila di dalam kamar No. 13 layaknya seorang petapa.

Luna kemudian ikut bersila dibelakang Irene, dan memegang kedua pundak Irene. Suasana berubah menjadi sangat mistis dan lampu mulai kedap kedip.

Hidung Irene pun perlahan mengeluarkan darah, badannya gemetaran. Sementara Luna mulai tidak kuat, dia mulai batuk-batuk dan kembali mengeluarkan muntah hitam, tapi dia masih terus berjuang membantu Irene.

Mereka berdua mulai kehilangan keseimbangan dan kehilangan fokus. Setelah mencoba dengan keras, Irene dan Luna sudah tidak kuat lagi dan mereka terpental. Hidung mereka berdua berdarah. Irene masi terbilang kuat tapi Luna sangat lemas.

“Kalian nggak apa-apa? Jangan di paksa. Kita nggak mesti lakuin ini. Gue nggak mau sampe kita kenapa-kenapa” Kata Valentina.

Sri hanya melihat apa yang terjadi, dia mengepalkan tangannya dengan kuat. Sepertinya memang ada sesuatu yang disembunyikan di kostan ini.

“Bu Kasi tau saya sekarang. Kenapa kostan ini namanya 332415? Ini bukan Cuma sekedar nomor keberuntungan kan Bu?” tanya Irene yang masih terluka dengan tegas.

“Saya sudah sampaikan semuanya Non. Hanya itu yang saya tau.” jawab Sri yang terus saja mencoba bungkam.

“Bu, jujur saja Cuma kita kok yang tau.” lanjut Valentina sambil memeluk Luna yang masih lemas tergeletak.

Sri hanya diam dan tidak mau menyampaikan apa-apa. Dia bersih keras sudah menyampaikan semuanya.

“Jadi Ren, apa yang lu lihat?” lanjut Valentina.

Irene bangkit berdiri dan menyeka darah dihidungnya. Dia menuju jendela dan menatap ke luar. “Kamar ini adalah tempatnya, dan nama kost ini adalah intinya.” lanjut Irene.

“Maksud lu apa Ren?” lanjut Valentina penasaran.

“Gue juga lihat semuanya Na, kostan ini parah. Benar-benar parah. Penuh kuasa gelap.” sambung Luna dengan suara yang lemah. “Bu Sri, sekarang jujur saja apa sebenarnya kostan ini dan tempat apa kamar ini.”

“Benar Non, saya tidak tau apa-apa.” Sri terus saja mengelak.

“Kostan ini hanyalah tameng, untuk menutupi apa yang sebenarnya terjadi. Kostan ini berdiri diatas tempat pemujaan setan, atau yang biasanya kita kenal sebagai gereja setan.” kata Irene.

“Apa Ren, gereja setan?” Valentina kaget.

“Benar Na, gue liat semuanya. Persis seperti yang dibilang Irene.” sambung Luna.

“Yaampun, kita semua kan jarang ke gereja dan jarang beribadah. Gimana dong ini?” lanjut Valentina.

“Dan kamar ini adalah tempat persembahan.” sambung Iren. “332415, maknanya adalah 666. Ya, angka pengikut setan. Itulah kost ini.”

Tiba-tiba sesosok wanita paruh baya datang di depan pintu, “Jadi kalian semua sudah tau. Kalau begitu tidak ada lagi yang perlu ditutupi.”

“Nyonya Frederica. “ sambung Sri. Ya Frederika, adalah pemilik kostan yang sekalian adalah pendeta agung di gereja setan ini.

“Siapa saja yang tanya kostan, dan dia terlihat cocok untuk menjadi persembahan untuk tuan Lucifer yang agung, akan ku arahkan ke kamar ini. Dan akan ku persembahkan.” kata Frederica dengan pelan tetapi tajam. “Kalian adalah orang-orang berbakat, akan lebih hebat lagi jika kalian bergabung bersama kami. Ayo ikut aku.”

Entah bagaimana caranya, tiba-tiba mereka sudah berada di aula gereja setan. Valentina, Luna dan Irene sangat takut dan kebingungan. Mereka belum pernah berhadapan dengan kekuatan sebesar ini.

Gereja setan, dialtarnya ada salib terbalik dan ada meja persembahan yang dilapisi kain hitam didepannya. Di lantainya ada lambang bintang terbalik yang di lingkari, ya bintang terbalik ini terlihat seperti kepala kambing lambang kegelapan.

Valentina, Luna dan Irene tepat berada di lingkaran bintang terbalik itu. ”Kenapa Bu Frederika membawa kami ke mari? Ibu nggak nanya kita dulu.” Kata Irene dengan tegas dan berani.

“Kalian mau bergabung, atau kalian akan mendapat ganjaran?” lanjut Frederika. “Jika kalian bergabung, celupkan darah kalian pada cawan emas yang ada diatas meja persembahan itu. Kemudian kalian akan menjadi sangat kuat lebih dari yang sekarang, hidup selamanya dan tak merasakan kematian, dan kalian akan kaya. Penawaran yang sempurna.”

“Maaf ya Bu, gue gak sudi jadi abdi setan. Rendah banget hidup gue kalau jadi abdi setan.” jawab Valentina lancang.

Tiba-tiba, Frederika mengeluarkan pedang dan menebas leher Valentina sampai putus. Darahnya tersembur kemana-mana. Luna dan Irene kaget dan tidak dapat berkata apa-apa. Ya, tepat di depan mata mereka sahabat yang dicinta tewas mengenaskan.

“Itulah yang akan terjadi jika kalian menolak. Tapi kalau kalian bergabung, hadiah yang kalian dapatkan. Tidak ada kerugian, yang ada hanyalah keuntungan.” Lanjut Frederica sambil menjilat darah Valentina yang tertinggal dipedangnya.

“Gue ikut.” Luna pun meneteskan darahnya ke cawan itu. Kemudian dia berdiri disamping Frederica, dan tersenyum untuk apa yang sudah dia pilih.

Irene bimbang, dan disatu sisi dia tidak mau mati. Tapi dia tidak mau jadi pengikut setan. Pilihan Luna juga membuatnya sedikit terpengaruh. Sesekali dia coba melangkah kea rah cawan itu, namun langkahnya terhenti lagi.

“Non jangan ragu Non, ikut saja.” Sambung Sri.

Sejenak Irene terdiam. “Gue… Gue…  nggak mau! Mendingan gue mati!” Irene mengeuarkan belati di sakunya dan meusuk lehernya sendiri. Tragis, seketika dia pun tewas.

“Sungguh malang teman-temanmu Luna. Dan untuk mu selamat datang. Pilihanmu sungguh amat tepat sayang.” kata Frederika.

Kemudian sosok malaikat bersayap hitam dan sangat elok parasnya turun ke dalam gereja setan itu dan menyambut Luna, “Welcome permaisuriku.”

-SELESAI-

Tidak ada komentar:

SESUATU DI COTTAGE #4 (FINAL) - HILANG

Tak berdaya Tata hanya bisa pasrah. Dia tidak tau akan dibawa kemana. Tangisnya pecah hingga suara tangisnya pun tak bisa terdengar lagi. Ai...